Revolusi
Indonesia telah merubah tatanan kehidupan Bangsa Indonesia termasuk bidang
pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan tidak hanya yang
bersifat mendasar yaitu menyangkut penyesuaian dengan cita-cita dari suatu
bangsa dan atau Negara yang baru merdeka. Namun, Panitia Penyelidik Pengajaran
yang di ketuai oleh Ki Hadjar Dewantara telah berhasil merumuskan landasan
idiil yaitu Pancasila, tujuan pendidikan, sistem sekolah serta kesempatan
belajar bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan pada masa revolusi
dirumuskan bahwa pendidikan bertujuan mendidik warga negara yang sejati,
bersedia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk Negara dan Masyarakat. Pada
awal kemerdekaan, pendidikan Indonesia lebih menekankan kepada bagaimana menanamkan
rasa nasionalisme dan berjiwa patriotisme untuk mempertahankan kemerdekaan.
Proklamasi
kemerdekaan Indonesia menjadi pintu gerbang bagi bangsa Indonesia untuk
mewujudkan cita-cita nasionalisme yang selama ini menjadi alat pemersatu para
pejuang. Proklamasi juga menjadi pendorong bagi perjuangan guru-guru Indonesia
untuk mempertahankan kemerdekaan dengan cara mendidik bangsanya agar menjadi
manusia yang cerdas dan berpengetahuan sehingga tidak dapat dijajah lagi oleh
bangsa asing.
Pendidikan
Zaman Purba
+ 1500 SM Zaman Neolitik
Animisme Dinamisme
Mata Pencaharian Keluarga
Keterampilan Hidup Survival
Pendidikan Sebelum adanya
Sekolah
Pendidikan di Zaman Hindu
Kuno
Pengelompokkan Struktur
Sosial
Politheisme
Kehidupan Samsara (Perpindahan Jiwa)
Hukum Karma
Pendidikan di Zaman Budha
Derita/Nafsu , 8 Jalan,
Samsara ke Nirwana , Brahmana, Mpu, Pertapa , Guru Kraton, Guru Kula, Mondok/
Pengasuhan
Tidak Mengenal Sistem Kasta,
Pendidikan Untuk Mengangkat Harkat dan Derajat
Pendidikan Permulaan Masuknya Islam
Jalur Perdagangan dan Para
Wali
Pendidikan Berorientasi pada
pembinaan Akhlak dan kepatuhan pada Allah melalui ibadah untuk keselamatan
(Islam)
Pesantren, Mengenal Buku-buku tulisan Arab dan
Melayu/Melayu Arab/Arab Gundul)
Penyelenggara Pendidikan
Kurikulum
Pengguna Jasa
Pendidikan
- Pemerintah
- Swasta
- Barat
- Lokal
- Kolonial dan
Elit Priyayi Pribumi
- Masyarakat
Pribumi
Persekolahan/Kelas/Tingkatan
Sekolah Modern
Pegawai Belanda
Perpaduan Tradisi Budaya/Sastra Jawa dan Agama
Calistung
Masyarakat
Pendidikan Kolonial vs Pendidikan
Nasional
- Menguasai Bahasa pergaulan internasional setidaknya
bahasa Belanda atau bahasa asing lainnya vs Sastra Jawa, Arab dan Melayu
- Memadukan kurikulum nasional dan internasional vs.
Kurikulum Lokal dan Nasional
- Mutu guru dan Tenaga kependidikan, Mutu Sarana Prasarana,
dan Sumber Belajar, serta Mutu pengelolaan sekolah yang berbeda/timpang
Pendidikan
Zaman Purba
+ 1500 SM Zaman Neolitik
Animisme Dinamisme
Mata Pencaharian Keluarga
Keterampilan Hidup Survival
Pendidikan Sebelum adanya
Sekolah
Pendidikan di Zaman Hindu
Kuno
Pengelompokkan Struktur
Sosial
Politheisme
Kehidupan Samsara (Perpindahan Jiwa)
Hukum Karma
Pendidikan di Zaman Budha
Derita/Nafsu , 8 Jalan,
Samsara ke Nirwana , Brahmana, Mpu, Pertapa , Guru Kraton, Guru Kula, Mondok/
Pengasuhan
Tidak Mengenal Sistem Kasta,
Pendidikan Untuk Mengangkat Harkat dan Derajat
Pendidikan Permulaan Masuknya Islam
Jalur Perdagangan dan Para
Wali
Pendidikan Berorientasi pada
pembinaan Akhlak dan kepatuhan pada Allah melalui ibadah untuk keselamatan
(Islam)
Pesantren, Mengenal Buku-buku tulisan Arab dan
Melayu/Melayu Arab/Arab Gundul)
Penyelenggara Pendidikan
|
Kurikulum
|
Pengguna Jasa
Pendidikan
|
|
|
|
Persekolahan/Kelas/Tingkatan
|
Sekolah Modern
|
Pegawai Belanda
|
Perpaduan Tradisi Budaya/Sastra Jawa dan Agama
|
Calistung
|
Masyarakat
|
Pendidikan Kolonial vs Pendidikan
Nasional
- Menguasai Bahasa pergaulan internasional setidaknya
bahasa Belanda atau bahasa asing lainnya vs Sastra Jawa, Arab dan Melayu
- Memadukan kurikulum nasional dan internasional vs.
Kurikulum Lokal dan Nasional
- Mutu guru dan Tenaga kependidikan, Mutu Sarana Prasarana,
dan Sumber Belajar, serta Mutu pengelolaan sekolah yang berbeda/timpang
Sejarah Pendidikan Indonesia
Muhamad Rickiyanto
June 21, 2020
Proklamasi Kemerdekaan RI dan Sejarah PGRI
A. Ø Pertemuan
3.
o Gerakan
Guru Pada Masa Perjuangan Kemerdekaan.
Gerakan Guru Pada Masa Belanda.
Semangat kebangsaan Indonesia tercermin dari guru pada masa
penjajahan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari lahirnya organisasi
perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda pada tahun1912 dengan nama
Persatuan Guru Hindia Belanda. Organisasi ini merupakan dari guru
bantu, guru desa, kepala sekolah, dan pemilik sekolah.
Pada zaman Belanda bermacam sekolah diperuntukan bagi
golongan tertentu, seperti :
a. Sekolah
desa/rakyat (Volkschool) (untuk masyarakat desa).
b. Sekolah
dasar angka II (Tweede Inlandse school) (untuk rakyat biasa di kota-kota).
c. SD
berbahasa Belanda (untuk anak – anak priyayi/pegawai Pem.HB (100 Gulden)).
Gurunya terdapat dari bermacam-macam tamatan guru, yaitu :
a. Sekolah
Guru Desa
b. Normal
School (NS).
c. Kweek
School (KS).
d. Hogere
Kweek School (HKS).
e. Hollands-Inlandse
Kweek School (HIK)
f. Europese
Kweek School (EKS)
g. Indische
Hoofdacte.
Organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman
Belanda ini berdiri tahun 1912. Lambat laun melalui proses dan semangat
perjuangan kemerdekaan, nama organisasi Guru diganti menjadi Persatuan Guru
Indonesia (PGI) tahun 1932. Perubahan nama organisasi Guru dengan penegasan
“Indonesia” tentu tidak menyenangkan pihak Belanda. Pada zaman pendudukan
Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia
(PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.
Gerakan
Guru Pada Masa Jepang
Bulan Februari 1942 bala tentara Jepangmenduduki Indonesia.
Pemerintah tentara pendudukan Jepang melarang penggunaan bahasaBelanda dan
Inggris. Diperintahkannya agardisamping bahasa resmi di sekolah-sekolah dan
bahasa Jepang dipelajari dan diajarkan juga. Akantetapi semua perkumpulan atau
perserikatandilarang, Termasuk PGI. Sejak itu sekolah-sekolah ditutup.
Setelah waktu dan beberapa kejadian berlalu, akhirnya
sekolah-sekolah yang telah lama ditutup di buka kembali. Bahasa Belanda
danInggris dilarang diganti dengan pelajaran bahasa Nippon dengan huruf kata kana
dan kanji. Untuk bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di
sekolah-sekolah Sekolah Dasar diberi nama “ Syo Gakko ”, Sekolah
Menengah “ CuGakkoo ” dan Sekolah Tinggi “ Dai Gakkoo ”.
Bulan September 1942 pemerintah Jepang mulai membuka sekolah
Menengah Pertama dan Atas, termasuk sekolah - sekolah kejuruan. Guru-guru
Indonesia dengan semangat kebangsaan yang tetap bekerja dibawah pemerintahan
Jepang. Orang-orang Jepang mempercayai bahwa sumber kemajuan dan kekuatan suatu
bangsa adalah pendidikan. Berikut ini adalah kebijakan pemerintahan Jepang
terkait pendidikan yang memiliki implikasi luas terutama bagi sistem pendidikan
di era kemerdekaan. Hal-hal tersebut antara lain:
a. Dijadikannya
Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan menggantikan Bahasa
Belanda.
b. Adanya
integrasi sistem pendidikan dengan dihapuskannya sistem pendidikan berdasarkan
kelas sosial di era penjajahan Belanda.
o Lahirnya
PGRI.
Setelah
100 hari proklamasi pada tanggal 24 – 25
November 1945 pada kongres I pendidikan bangsa yang bertempat di Surakarta
lahirlah PGRI. Semua bentuk perpecahan antar kelompok Guru, karena perbedaan
ijasah, lingkungan daerah, aliran politik, agama, suku, sepakat dihapuskan. Mereka
serentak bersatu, untuk mengisi kemerdekaan dengan 3 tujuan :
a. Mempertahankan
dan menyempurnakan kemerdekaan (PGRI = Organisasi pelopor dan perjuangan).
b. Mempertinggi
TKT pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar kerakyatan (sesuai tupoksiran
PGRI).
c. Membela
Hak, Nasib buruh umumnya dan Guru
khususnya sesuai PGRI sebagai wahana meningkatkan perjuangan perbaikan nasib
para anggota.
PGRI
adalah wahana untuk pejuang, pembangun bangsa, pembimbing putra, pembangun
jiwa, dan pencipta kekuatan negara.
o PGRI
Pada Masa Perang Kemerdekaan (1945 – 1949).
Pada tahun ini perjuangan PGRI dititik beratnya melawan
NICA-Belanda guna menyelamatkan perang kemerdekaan. Perjuangan Nasional pada
tahun 1945 -1949 terfokus pada perjuangan fisik bersenjata. Warga PGRI ikut
panggul senjata, PMI, dan penggerak dapur umum untuk mempertahankan
kemerdekaan.
Pada tanggal 5 Oktober 1945 didirikan TKR (Tentara Keamanan
Rakyat) yang bertugas melindungi keamanan rakyat dari provokasi Belanda. Tidak
sedikit guru yang menjadi TKR. Pada tanggal 12 November 1945, TKR memilih
Kolonel Sudirman sebagai panglima besar dengan pangkat Jendral.
Selanjutnya sejarah perjuangan PGRI dapat dilacak dari
kongres yang satu ke kongres berikutnya, yaitu :
A. Kongres
PGRI ke-1 Kongres I PGRI di laksanakan di Surakarta( Solo ) , jawa Tengah pada
Tanggal 23-25 November 1945.
B. Kongres
ke II PGRI di adakan di Surakarta (Solo) Jawa Tengah pada Tanggal 21-23
Desember 1946.
C. Kongres
ke III PGRI di adakan di Madiun Jawa Timur pada Tanggal 27-29 Februari 1948.
D. Kongres
ke IV yang berlangsung di Yogyakarta 26-28 februari 1950.
E. Kongres
PGRI ke-5 Diadakan di Bandung pada tanggal 19-24 Desember 1950.
F. Kongres
PGRI ke-6 diadakan di Malang padatanggal 24-30 November 1952.
G. Kongres
PGRI ke-7 diadakan di Semarang 24-1 Desember 1954.
H. Kongres
PGRI ke-8 diadakan di Bandung tahun 1956.
Proklamasi Kemerdekaan RI dan Sejarah PGRI
Muhamad Rickiyanto
June 21, 2020
JSN 45 dan PGRI Sebagai Organisasi
o JSN 45.
Nilai perjuangan
bangsa Indonesia dalam kepribadian bangsa melalui gerakan nasional untuk
mempersiapkan warga negara (pemimpin yang berkualitas) yang mengemban citra
Proklamasi 1945 dan menjadi perekat berbangsa dan bernegara.
a. Jiwa
keadaan batin manusia
yang terdiri atas pengenalan (kognitif), perasaan (afektif), kehendak (konasi),
dan psikomotorik.
b. Semangat
Suatu keadaan yang
mendorong untuk berkehendak yang dating dari dalam diri atau pun dari luar atas
dasar ketakwaan.
c. Nilai
Konsep abstrak berupa
norma atau moral yang sangat penting dimana mempengaruhi tingkah laku.
Sejarah
Perkembangan JSN 45.
Untuk memperoleh
gambaran tentang JSN 45 yang berkembang pada setiap zamannya yang dibagi dalam
periodisasi sebagai berikut :
1.
Periode I : Masa sebelum Pergerakan Nasional
Pada periode ini beberapa agama yang tersebar seperti: agama
Budha, Hindu, Islam dan Kristen yang kemudian dianut oleh penduduk setempat
dengan penuh kerukunan. Jiwa, semangat dan nilai – nilai kejuangan sudah mulai
timbul yaitu dengan kesadaran harga diri, jiwa yang merdeka, ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, kerukunan hidup umat beragama serta kepeloporan dan
keberanian.
2.
Periode
II : Masa Pergerakan Nasional
Rasa
harga diri bangsa yang tidak mau dijajah menggugah semangat dan perlawanan
seluruh masyarakat terhadap penjajah untuk berusaha merebut kembali kedaulatan
dan kehormatan bangsa. Sejak itu timbulah jiwa, semangat dan nilai - nilai
kejuangan, nilai harkat dan martabat manusia, jiwa dan semangat kepahlawanan,
kesadaran anti penjajah atau penjajahan, kesadaran persatuan dan kesatuan
perjuangan.
3.
Periode III
: Masa Proklamasi dan Perang Kemerdekaan
Titik
kulminasi perjuangan kemerdekaan tercapai dengan Proklamasi Kemerdekaan tanggal
17 Agustus 1945. Lahirnya Negara Republik Indonesia menimbulkan reaksi dari
pihak Belanda yang ingin menjajah Indonesia kembali. Hal tersebut menyebabkan
bangsa Indonesia kembali mengalami perjuangan yang dahsyat dalam segala bidang
baik melalui perjuangan senjata, bidang politik maupun diplomasi. Perjuangan
ini melahirkan nilai - nilai operasional yang memperkuat jiwa, semangat dan
nilai - nilai kejuangan yang telah ada sebelumnya terutama rasa harga diri
sebagai bangsa yang merdeka, semangat untuk berkorban demi tanah air, bangsa
dan negara.
4. Periode IV : Masa Perjuangan Mengisi
Kemerdekaan.
Perjuangan
masa ini tidak terbatas waktu karena perjuangan bermaksud mencapai tujuan akhir
nasional seperti yang tercantum dalam UUD 1945. Dalam periode ini jiwa,
semangat dan nilai - nilai kejuangan yang berkembang sebelumnya tetap lestari,
yaitu nilai - nilai dasar yang terdapat pada Pancasila, proklamasi kemerdekaan
17 Agustus 1945.
Nilai Dasar
dan Operasional JSN 45
a. Nilai - nilai dasar dari JSN 45 dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Semua nilai yang terdapat dalam setiap
Sila dari Pancasila.
2. Semua nilai yang terdapat dalam
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
3. Semua nilai yang terdapat dalam Undang -
Undang Dasar 1945, baik pembukaan, batang
tubuh, maupun penjelasannya.
b. Nilai - nilai operasional yaitu nilai - nilai yang lahir dan
berkembang dalam perjuangan bangsa Indonesia selama ini dan merupakan dasar
yang kokoh dan daya dorong mental spiritual yang kuat dalam setiap tahap
perjuangan Bangsa seterusnya untuk mencapai tujuan nasional akhir.
c. Metode Kelestarian Jiwa, Semangat dan Nilai - nilai 45
1.
Metode pelestarian
jiwa, semangat dan nilai - nilai 45.
a) Metode Edukasi.
b) Metode Keteladanan.
c) Metode Informasi dan Komunikasi.
2.
Pola
penerapan metode jiwa, semangat dan nilai - nilai 45.
a) Pendekatan Edukasi.
b) Pendekatan Keteladanan.
c) Pendekatan Informasi dan Komunikasi.
3.
Pendekatan
Sosialisasi.
4.
Pendekatan
jalur Agama.
o PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan
PGRI
merupakan perwujudan wadah bagi para guru untuk selalu berjuang dan berjuang
dalam memperoleh, mempertahankan, meningkatkan, dan membela hak azasi guru baik
sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan pemangku profesi
keguruan. Lewat wadah ini, PGRI berjuang untuk mewujudkan misi hak-hak guru,
kesejahteraan guru, dan profesionalitas guru.
Semua
perjuangan dilakukan melalui berbagai cara dan bentuk yang konstitusional,
prosedural, dan konsepsional dalam memperoleh kehidupan guru yang layak dan
sejahtera dalam pergaulan bermasyarakat dan bernegara dengan mengedepankan
profesionalitas sebagai tenaga profesi bidang pendidikan.
Prinsip
-prinsip Organisasi PGRI.
Segenap
pengurus dan anggota PGRI harus memiliki kemurnian perjuangan. Artinya, seluruh
pengurus dan anggota PGRI dalam menjalankan kiprah perjuangannya bersungguh‑sungguh;
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dengan berdasarkan ketentuan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PGRI serta program‑program
kerja PGRI yang telah diputuskan melalui kongres, konferda, konkerda,
konfercab, dan konkercab.
Strategi
Perjuangan PGRI
Strategi
yang harus ditempuh PGRI adalah memahami tantangan yang dihadapi dan melakukan
kesiapan dengan mencari jawab terhadap tantangan yang dihadapi dengan
mengantisipasi dan beradaptasi terhadap tuntutan perubahan.
o PGRI Sebagai Organisasi Profesi
“Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen secara eksplisit,
lugas
dan jelas bahwa seorang guru harus menjadi angota organisasi profesi guru.”
fungsi PGRI terhadap guru :
fungsi PGRI terhadap guru :
a.
Memajukan
profesi.
b. Meningkatkan kompetensi.
c.
Meningkatkan
karier.
d. Meningkatkan Wawasan Kependidikan.
e. Memberikan Perlindungan Profesi.
f.
Meningkatkan
kesejahteraan.
g.
Melaksanakan
pengabdian masyarakat.
Tanggung
Jawab PGRI Sebagai Organisasi Profesi Terhadap Guru
Tanggung
jawab PGRI sebagai organisasi profesi adalah juga ikut serta secara aktif dan
konstruktif dalam membangun kesadaran guru untuk melaksanakan kewajiban
keprofesional guru.
o PGRI Sebagai Organisasi Ketenagakerjaan
PGRI
merupakan wadah perjuangan tentang Hak.
Hak asasi guru sebagai pekerja, terutama dalam kaitanya dengan
kesejahteraan, baik material maupun non material.
HAK
Pekerja Terhadap Guru
a. Hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan,kesehatan.
b. Hak untuk mengakhiri hubungan kerja
c. Hak untuk memperoleh perlakukan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
Larangan
Pekerja Terhadap Guru
a. Guru/dosen melakukan pelanggaran berat.
b. Guru/dosen dijerat pidana.
c. Lembaga pendidikan tutup atau jatuh
pailit.
d. Guru/dosen memasuki masa pensiun.
e. Guru/dosen melakukan pelanggaran perjanjian kerja bersama.
JSN 45 dan PGRI Sebagai Organisasi
Muhamad Rickiyanto
June 21, 2020
Sejarah Perjuangan PGRI di Masa Orde Lama
o Demokrasi Terpimpin (1959 – 1965).
Dekrit Presiden 5 juli 1959 adalah dekret yang dikeluarkan oleh
Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno pada 5 Juli 1959. Isi dekrit ini
adalah pembubaran konstituante, berlakunya kembali ke UUD 1945, dan pembentukan
MPRS , DPAS.
Kongres IX di Surabaya BI Oktober/
November 1959
Soebandri
dkk (PKI) melancarkan politik adu domba diantara para peserta kongres. Namun,
masih juga belum berhasil. Adu domba pun tetap berlanjut dalam kongres
selanjutnya.
Kongres X
di Gelora Bung Karno Jakarta Th.1962
PGRI
mengalami masa sulit karena terjadinya perpecahan di dalam tubuh PGRI. Periode
1962, karena timbul “ perpecahan ”
dengan dalih “ machtsvorming enmachtsaanwending ” (pembentukan kekuatandan
penggunaan kekuatan) oleh “kubu komunis” dan berhasil menunjuk Soepardi dan
Goldfried menjadi ketua Panitia Pemilihan PB PGRI, tetapi diketahui peserta
bahwa Goldfried adalah tokoh PKI yang ikut membuat selebaran gelap dan fitnah,
maka dikeluarkan. Pemilihan berjalan lancar dan “ ME. Subandinata ” terpilih
lagi menjadi “ Ketua Umum PB PGRI ”.
Masa 1962 -
1965
Pada masa
ini mengalami episode yang sangat pahit karena terjadinya perpecahan yang lebih
hebat dibandingkan sebelumnya. Penyebab perpecahan bukan demi kepentingan guru
melainkan karena ambisi politik dari luar (PKI). Dengan dalih “MACHTS
VORMING EN MACHTS AAN VENDING”, pembentukan
kekuatan dan penggunaan kekuatan.
Dukungan
PGRI terhadap masuknya PSPN.
Persatuan
serikat sekerja Peg. Negeri ke soksi yang diputuskan 12 suara pro dan 2 suara
kontra, pada hakekatnya tidak mengubah kekompakan PGRI.
Musy
Penegasan PS .
Sebagai
dasar Diknas, berlangsung di Jakarta 17 Juli 1963 di Jakarta. Diprakarsai oleh
5 Parpol/400 orang, sebagai reaksi terhadap “ Seminar Pendidikan mengabdi
Manipol, yang diadakan di Jakarta Februari 1963. Pelaksana : Lembaga Pendidikan
Nasional (PKI).
o
Lahirnya
PGRI-NV
Setelah PKI
tidak mampu lagi melakukan taktik penyusupan terhadap PGRI. Maka PKI mengubah
siasatnya membentuk PGRI tanding (melawan PGRI yang sah) dengan nama : PGRI-NV
(Non Vakcentral) Juni 1964 yang dipimpin Subandri, Mujono, Ichwan.
Pemecatan
Massal Pejabat Departemen PK 1964.
1.
Diawali
pidato inagurasi Dr. Busono Wiwiho, pada rapat pertama majelis pendidikan
nasional menyarankan agar panca wardana diisi dengan moral panca cinta.
2.
Prinsip
Panca Wardhana :
a) Perkembangan cinta bangsa dan tanah air,
moral nasional/internasional/keagamaan.
b) Perkembangan kecerdasan.
c) Perkembangan emosional- artistik atau
rasa keharusan dan keindahan lahir dan batin.
d) Perkembangan keprigelan atau kerajinan
tangan.
e) Perkembangan jasmani.
3. Panca Cinta :
a) Cinta Nusa/Bangsa.
b) Cinta ilmu pengetahuan.
c) Cinta kerja/rakyat yang bekerja
d) Cinta perdamaian dan persahabatan
antara bangsa.
e) Cinta orangtua.
4.
Isi pidato
tersebut menimbulkan pertentangan dikalangan pendidik.
5.
Polemik
makin meruncing, masuk departemen PP dan K. Prof. Dr. Priyono memancing kembali
suasana itu pada rapat Dinas 23 Juli 1964. Tartib Prawirodiharjo, meninggalkan
rakyat dituduh mengkhianati menteri.
6.
Adanya
reorganisasi departemen berdasarkan Keppres 187 dan 188 tahun 1964 menggelisahkan
para pejabat.mereka (27 orang) menulis untuk menjernihkan suasana, ditanggapi
menteri dengan “Pemberhentian Massal”.
7.
PGRI-NV
menyongkong pemberhentian massal tersebut.
8.
Dalam
reshufle kabinet Agustus 1964, Presiden Sukarno mengangkat Prof. Dr. Priyono
selaku Menko Pk, dan mengangkat Ny. Artati Sudirjo sebagai menteri PDK.
9.
Presiden
membentuk panitia negara penyempurnaan sistem pendidikan Panca Wardhana, dengan
tugas utama “Menyampaikan pertimbangkan tentang pemecatan massal tersebut.
Panitia menyatakan 27 orang tersebut, tidak bersalah.
10. Namun untuk menyelamatkan muka materi,
13 orang bekerja kembali di departemen PK, 14 orang ditampung di mabes TNI-AD
dan Depdagri.
11. Agustus 1966 mereka (14) direhabilitasi
dan kembali ke Dep PK.
PGRI Pasca
Peristiwa G30S/PKI
Bagi PGRI,
periode tahun 1966-1972 merupakan masa perjuangan untuk turut menegakkan Orde
Baru, masa konsolidasi dan penataan kembali organisasi serta masa meneruskan
dan menyesuaikan misi organisasi secara tegas dan tepat dalam pola pembangunan nasional
yang baru.
1.
Masa
konsolidasi dan penataan kembali organisasi.
2.
Masa
meneruskan / menyesuaikan misi organisasi.
3.
Diperlukan
pemimpin, yang :
a) Berdedikasi.
b) Kemampuan manajerial (yang mantap).
c) Pengalaman yang mendukung.
Sejarah Perjuangan PGRI di Masa Orde Lama
Muhamad Rickiyanto
June 21, 2020